Pramuka Mayoga merupakan organisasi kepramukaan MAN Yogyakarta III yang lahir pada tahun 1989. Sejak tahun itu organisasi kepramukaan ini berkembang dari tahun ke tahun. Adapun sejarah penamaan Ambalan R.A Kartini dan Ambalan Raden Patah untuk Pramuka Mayoga.
SEJARAH RADEN PATAH-RADEN AJENG KARTINI
Sejarah Raden Patah
Raden Patah adalah putra Brawijaya raja terakhir
Majapahit dari seorang selir Cina. Karena Ratu Dwarawati sang permaisuri yang
berasal dari Campa merasa cemburu, Brawijaya terpaksa memberikan selir Cina
kepada putra sulungnya, yaitu Arya Damar bupati Palembang. Tapi pada saat itu
selir Cina sedang hamil, Setelah melahirkan Raden Patah, putri Cina dinikahi
Arya Damar, melahirkan Raden Kusen. Nama asli Raden Patah adalah Jin
Bun. Arya Dilah adalah nama lain Arya Damar, ayah angkat Raden Patah
sendiri. Nama asli selir Cina adalah Siu Ban Ci, putri Tan Go Hwat dan Siu Te
Yo dari Gresik. Tan Go Hwat merupakan seorang saudagar dan juga ulama bergelar
Syaikh Bantong.
Raden Patah Mendirikan Demak
Babad Tanah Jawi menyebutkan, Raden Patah
menolak menggantikan Arya Damar menjadi bupati Palembang. Beliau kabur ke pulau Jawa ditemani Raden Kusen. Sesampainya di
Jawa, keduanya berguru pada Sunan Ampel di Surabaya. Raden Kusen kemudian
mengabdi ke Majapahit, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah membuka
hutan Glagahwangi menjadi sebuah pesantren. Makin lama Pesantren Glagahwangi
semakin maju. Brawijaya di Majapahit khawatir kalau Raden Patah berniat
memberontak. Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat menjadi Adipati Terung
diperintah untuk memanggil Raden Patah.
Raden Kusen menghadapkan Raden Patah ke Majapahit.
Brawijaya merasa terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai
putranya. Raden Patah pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi
diganti nama menjadi Demak, dengan ibu kota bernama Bintara. Nama Demak sendiri
diambil dari bahasa Jawa yaitu “Demek” yang artinya tanah becek, karena pada
saat itu Glagah Wangi dibangun diatas tanah yang becek atau berair.
Perang Demak dan Majapahit
Perang antara Demak dan Majapahit diberitakan dalam naskah Babad Tanah
Jawi. Dikisahkan, Sunan Ampel melarang Raden Patah memberontak kepada Majapahit
karena meskipun berbeda agama, Brawijaya tetaplah ayah Raden Patah. Namun
sepeninggal Sunan Ampel, Raden Patah tetap menyerang Majapahit. Brawijaya marah
dengan serangan itu. Untuk menetralisasi pengaruh agama lama, Sunan Giri
menduduki takhta Majapahit selama 40 hari. Apakah Raden Patah pernah menyerang
Majapahit atau tidak, yang jelas ia adalah raja pertama Kesultanan Demak.
Menurut Babad Tanah Jawi, ia bergelar Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman
Panembahan Palembang Sayidin Panatagama/ Sultan Syah Alam Akbar/ Sultan Surya
Alam. Nama Patah sendiri berasal dari kata al-Fatah, yang artinya "Sang
Pembuka", karena ia memang pembuka kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.
Pada tahun 1479 ia meresmikan Masjid Agung Demak sebagi pusat
pemerintahan. Ia juga memperkenalkan pemakaian Salokantara sebagai kitab
undang-undang kerajaan. Kepada umat beragama lain, sikap Raden Patah sangat
toleran. Kuil Sam Po Kong di Semarang tidak dipaksa kembali menjadi masjid,
sebagaimana dulu saat didirikan oleh Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam.
Raden Patah juga tidak mau memerangi umat Hindu dan Buddha sebagaimana
wasiat Sunan Ampel, gurunya. Meskipun naskah babad dan serat memberitakan ia
menyerang Majapahit, hal itu dilatarbelakangi persaingan politik memperebutkan
kekuasaan pulau Jawa, bukan karena sentimen agama. Lagi pula, naskah babad dan
serat juga memberitakan kalau pihak Majapahit lebih dulu menyerang Giri
Kedaton, sekutu Demak di Gresik.
Oleh
karena itulah Pramuka Man Yogyakarta III mengambil nama
R.Patah sebagai Nama Ambalan Putra yang diharapkan nantinya warga ambalan putra
dapat meneladani karakter baik beliau. Baik bersikap ramah, toleran, tegas,
religi, cerdas dll.
Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21
April 1879. Beliau adalah Putri dari seorang Bupati Jepara pada waktu itu,
yaitu Raden Mas Adipati Sastrodiningrat. Dan merupakan cucu dari Bupati Demak,
yaitu Tjondronegoro. Pada waktu itu kelahiran Raden Ajeng Kartini, nasib kaum
wanita penuh dengan kegelapan, kehampaan, dari segala harapan, ketiadaan dalam
segala perjuangan, dan tidak lebih dari perabot kaum laki-laki belaka, dan
bertugas tidak lain dari yang telah ditentukan secara alamiah, yaitu mengurus
dan mengatur rumah tangga saja, kaum wanita telah dirampas dan diinjak-injak
harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Daya berpikir kaum wanita tidak dapat berkembang
sebagaimana mestinya, kaum wanita tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan
dirinya untuk melebihi dari apa yang diterimanya dari alam. Karena kaum wanita
tidak berdiri kesempatan untuk belajar membaca, menulis dan sebagainya. Dengan
kata lain kaum wanita hanya mempunyai kewajiban tetapi tidak mempunyai hak sama sekali.
Raden Ajeng Kartini sangat berbeda dengan masyarakat
banyak yang hidup didalam lingkungan kehidupan adat yang sangat mengekang
kebebasan tetapi beliau tidak segan-segan turun kebawah bergaul dengan
masyarakat biasa, untuk mengembangkan ide dan cita-citanya yang hendak merombak
status sosial kaum wanita, dan cara-cara kehidupan dalam masyarakat dengan
semboyan : “Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita
yang sesuai dengan keperluan serta kebutuhan kita sebagai kaum wanita dan harus
mendapat pendidikan yang cukup seperti halnya lelaki.”
Dengan melanggar segala aturan-aturan adat pada saat itu, Raden Ajeng Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya yang setara dengan pendidikan kaum penjajah belanda pada waktu itu, beliau sempat mempelajari kegiatan-kegiatan kewanitaanlainnya.
Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden Adipati Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan beliau mengikuti suami, dan di daerah inilah beliau dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan perjuangan sangat menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan suaminyalah beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit menjahit serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.
Dengan melanggar segala aturan-aturan adat pada saat itu, Raden Ajeng Kartini mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya yang setara dengan pendidikan kaum penjajah belanda pada waktu itu, beliau sempat mempelajari kegiatan-kegiatan kewanitaanlainnya.
Perkawinan Raden Ajeng Kartini pada tahun 1903 dengan Raden Adipati Joyoningrat Bupati Rembang mengharuskan beliau mengikuti suami, dan di daerah inilah beliau dengan gigih meningkatkan kegiatannya dalam dunia pendidikan. Peranan Suami, dalam usaha Raden Ajeng Kartini Meningkatkan perjuangan sangat menentukan pula karena dengan dorongan dan bantuan suaminyalah beliau dapat mendirikan sekolah kepandaian putri dan disanalah beliau mengajarkan tentang kegiatan wanita, seperti belajar jahit menjahit serta kepandaian putri lainnya.
Usaha-usaha Raden Ajeng Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa indonesia dan kaum wanita, khususnya melalui sarana-sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat, apakah itu bangsawan atau rakyat biasa. Semuanya mempunyai hak yang sama dalam segala hal, bukan itu saja karya-karya beliau, persamaan hak antara kaum laki-laki dan kaum wanita tidak boleh ada perbedaan. Beliau juga mempunyai keyakinan bahwa kecerdasan rakyat untuk berpikir, tidak akan maju jika kaum wanita ketinggalan.
Raden Ajeng Kartini
telah berhasil menampakkan kaum wanita ditempat yang layak, yang mengangkat
derajat wanita dari tempat gelap ketempat yang terang benderang. sesuai dengan
karya tulis beliau yang terkenal, yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Oleh karena itulah Pramuka MAN YOGYAKARTA III mengambil
nama R.A.Kartini sebagai Nama Ambalan Putri
yang diharapkan nantinya warga ambalan putri
dapat meneladani karakter baik beliau. Bersikap berani, tangkas, religi,
cerdas dll.
kereeeeeen
BalasHapus