LARUT #1
Salam Pramuka!!!...
Setiap hari Sabtu, sudah menjadi kewajiban bagi siswa-siswi
kelas X MAN YOGYAKARTA 3, untuk mengikuti ekstrakulikuler wajib, yaitu PRAMUKA.
Tak terkecuali, tanggal 24 Oktober 2015. Larut ( latihan rutin ) kemarin adalah
larut pertama mandiri untuk kakak Dewan Ambalan periode 2015/2016.
Materi larut pertama kali ini, adalah lomba yel-yel antar
kelas. Setiap kelas, pasti menampilkan
yel-yel kelas mereka di tengah-tengah lapangan yang telah di kelilingi oleh
ratusan penegak dari seluruh kelas. Seperti lomba pada umumnya, lomba ini juga
akan di nilai oleh para juri, yang berasal dari pembina Pramuka MAYOGA,
diantaranya yaitu Kak Addin Abdul Hafidz
dan Kak Dewo Broto. Kriteria yang
dinilai, yakni semangat, kekompakan, dan antusiasme penonton.
Sebelum lomba berlangsung, ketua kelas dari masing-masing
kelas mengambil nomor undian yang telah disiapkan. Setelah itu, mereka
melakukan briefing dan latihan sejenak di lapangan, dengan waktu 10 menit.
Riuh para peserta lomba mulai terdengar ketika perlombaan
baru saja dibuka oleh pemandu acara yakni Kak Azizah Nurvia Gusiar dan Kak
Nuhab Mujtaba. Perlombaan dibuka dengan penampilan Yel – Yel dari seluruh kakak
Dewan Ambalan, yang disertai JARGON
Ambalan. Dengan komando dari Kak Via, seluruh dewan ambalan PRAMAYOGA serentak
mengatakan, “ DA PRAMAYOGA, totalitas tanpa batas.” Itulah JARGON yang dimiliki
oleh Dewan Ambalan Raden Patah –Dewan Ambalan R.A Kartini 2015 / 2016. Kemudian di lanjutkan dengan,
penampilan dari seluruh peserta. X IIS 3,
sebagai urutan pertama, dilanjutkan oleh
kelas X MIPA 4, X IIS 1, X MIPA 1, X MIPA 2, X MIPA 3, X MIPA 5, X PK, X IIS 2.
Lomba diikuti para peserta dengan penuh antusias. Seluruh
kelas, menampilkan yel-yel dengan kompak dan semangat yang berkobar.
Selain banjir akan jeritan penonton dan semangat peserta,
gelakan tawa juga terdengar menyelingi antusisme penonton. Yaapp... tidak ada
asap jika tak ada api, tawa itu berasal dari beraneka macam aksi dari para
peserta yang aneh-aneh.
Larut belum usai, ketika lomba telah usai. Setelah suara
peluit menggemparkan lapangan, para penegak
segera berbaris rapi setiap
sangga. Waktu 2 menit di berikan kepada para penegak , agar bisa menjahit badge
ambalan Raden Patah – R.A kartini di lengan baju sebelah kiri. Bermacam-macam aksi mereka dalam
menjahit bedge ambalan R. Patah-R.A. Kartini , mulai dari berdiri melingkar
hingga ada yang jongkok, sampai duduk
beralaskan tanah. Jahitan mereka pun tak bisa dikatakan layak. Ada yang jarumnya masih menempel, ada yang jahitannya masih setengah, ada yang salah badge, dan ada
banyak lagi kesalahan lainnya.